Kamis, 19 September 2013

Pasar Modern dan Tradisional

Dulu ketika belum banyak mall berdiri, pasar Blok M, Melawai Plaza, Mayestik, Toko Bata, Cipulir, Tanah Abang, Pasar Baru hingga Senen. Ramai padat para pembeli. Seperti Melawai Plaza hampir tidak sepi pengunjung. Cipulir pun demikian halnya. Robinson dan Ramayana serta Matahari Dept Store.
 
Melawai Plaza yang terhubung dengan terminal, Pasar Raya dan blok M bawah, dulu ramai ssekali. Seperti pengamat aja ya, ya.. ketika masih single dan tenaga masih full charge, saya hobby menjelajah, dari hiking, kuliner hingga traveling. Dengan bis kota, menikmati suasana Jakarta tempo dulu, macet tidak sedasyat sekarang.
 
Mall semakin menjamur, masyarakat memilih pusat belanja yang terdekat, Fatmawati Square, Blok M square, di sulap menjadi rapi, toko-toko PKL tertata rapi. Blok M bersih dan lenggang, berubah drastis setelah beberapa tahun tak menginjakkan kaki.
 
Membeli pakaian saya lebih suka di Mall, tak harus tawar-menawar dan tak berpeluh keringat. Harga memang jauh berbeda, tapi lebih terjaga dari desakan pembeli lain. Bukan tanpa alasan kenapa lebih memilih Mall, saya paling tidak bisa berbaur banyak orang, kepala pusing dan tidak pandai tawar-menawar.
 
Biasanya untuk pembanding harga pasar dan Mall, toh membeli pakaian tidaklah setiap bulan. Yang jelas siapapun mencari kenyamanan ketika dikenakan, baik pakaian, sepatu atau pun hijab.

Saya lebih simpatik pasar sayur-mayur. Andai saja, setiap kepala daerah memajukan pasar sayur-mayur traditional tertata rapi, tidak becek dan pengap, para ibu akan jauh lebih nyaman. Menunggu tukang sayur lewat depan rumahlah yang hingga kini masih bertahan. Membeli sayuran di Mall, harganya bisa 2x lipat, belum pakai bahan pengawet... whew !
 
Pengalaman masa single dulu, kini banyak perubahan, ketika kembali ke Jakarta, saya manfaatkan untuk sekedar searching, blok M rapi, mie pangsit entah pindah kemana? Melawai tak seramai dulu, blok M plaza apalagi, setelah Gandaria city berdiri. Cipulir demikian, rasanya enggan walau hanya sekedar melongok.
 
Pasar Mayestik kini berubah wajah, soon lah bila ada kesempatan. Atas saran kakak, blok A dan Kebayoran lama masih sedikit miring dengan kantong, bagi yang memiliki usaha rumah makan, tentu sangat jauh efeknya!
 
Oh ia.. pasar tanah abang yang katanya pusatnya orang belanja, dalam hidup saya belum pernah sekali pun melihat bentuk dan suasananya. Belum tertarik kesana, Roxy sekali karena ajakan kemenakan mencari alat dan bahan untuk melukis.. whew.. tapi jadi tahu soal harga memang beda tipis, plus ongkos busway.
 
Next time... thanks la yaou ..
Pengalaman menjelajah pasar modern dan tradisional .. dan masih baanyak tentunya .. kurang seru memang tanpa pictures, no have any camera long ago .. hehe..
 

6 komentar:

  1. ke tenabang enaknya naik angkot, atau paling tidak parkir di sarinah, trus naik angkot dari wahid hasyim sampe pasar tenabang.

    roxy... itu kampung halaman saya. lahir, tk, sd, smp disitu. sekarang padatttt.. berbeda jauuuuuh dari suasana kampung Jakarta waktu saya kecil dulu.

    BalasHapus
  2. Terima kasih rekomendasinya Ibu. Ndak sanggup sekarang macet dan polusi. Wearing mask almost ketika menemani kemenakan tahun lalu, turun dari trans dan lanjut kembali rumah dengan taksi. Terbiasa dengan udara bersih di Japan.

    Oh, homeland Ibu, ndak pulkam donk mom.. hehe..
    Memiliki usaha Bu di sana (Roxy)?

    BalasHapus
  3. kurang lebih begitulah.. kampungnya di sebrang Roxy mas (menyedihkan ..teralu dekat hiks..) meskipun ortu dari Banyuwangi, tapi semua anak2 lahir di Jakarta, dan rumah orangtua saya masih di Roxy.
    saya ga ada usaha di Roxy.

    BalasHapus
  4. ngirit ongkos bu..tapi pulkam itu memiliki makna yang tak ternilai, desak-desakan, macet-macetan, dan enggan rasanya kembali ke Ibu Kota.

    Pasti ada nilai tersendiri karena memiliki kampung di tengah Ibu Kota. peluk hangat dari nia ..

    BalasHapus
  5. Pangsit DonDOn di Blok M
    pindah ke Blok M Square basement ( ada food court )

    BalasHapus