Senin, 20 Mei 2013

Maestro ' Bengawan Solo'

Biarlah karya-karya saya menjadi bagian dari musik keroncong yang tetap abadi di negeri ini. Itulah warisan yang kutinggalkan, warisan abadi, semasa hidup saya, sebelum saya mati.

Hidup juga layak dongeng, kejadian nyata berbaur abstraksi, terjalin untuk mengingatkan. Aku teringat lagu lama yang sudah sering kudengar, pesan yang disampaikan tetap lestari.
 
Menyalurkan nestapa lewat nyanyian, petikan kalimat dari buku "GESANG." Jika Anda membaca buku tersebut tersirat jelas uraian kalimat jiwa seninya. Gesang adalah sebuah masa lalu, sisa-sisa seniman tua yang ditinggalkan oleh kekinian.
 
Berikut petikan  Sekar Asmaradana dalam bahasa Jawa.

Izinkanlah aku pamit pulang karena merasa pasti olehku diri ini tak berjodoh denganmu. Walau berat di hati, namun aku tetap harus berlalu dari hidupmu. Hati yang sudah terlanjur menyayangi ini akan kuajak berjalan. Aku akan baik-baik saja dan tak perlu dirisaukan. Meski airmata menggenang, namun doa tetap kupanjatkan, agar kau selalu dilindungi olehNya.

"Lilanane pamit mulih
Pesti kula yen dede jodone
Mugo enggal antuk sulih
Wong sing bisa ngladeni slirane"

Kau memang bukan jodohku. Ada orang lain yang lebih pantas memilikimu. Takdir sudah berkata, kita tak akan menempuh jalan yang sama.

"Pancen abot jronig ati
Ninggal ndika wong sing dak tresnani
Nanging badhe kadospundi
Yen kawula sak derma nglampahi
Mung semene hatur puji kariya raharja."

Tak ada hal lain yang bisa kulakukan kecuali menjauh darimu. Aku harus tahu diri dan pasrah, bahwa semua memang sudah digariskan sejak lama. Meski tak bisa memiliki, namun aku puas dan bahagia bisa mengenalmu. Batinku bahagia pernah menerima kemanjaanmu. Barangkali itupun sudah lebih dari cukup.

"Sak pungkure aja lali asring kirim warta
Eman-eman mbenjang ndika
Yen ta nganti digawe kuciwa
Batin kula mboten lila
Yen ta nganti mung disiya-siya."

Jika kita telah berpisah nanti, tolonglah kirim berita, sekedar mengabarkan bahwa hidupmu tak kurang suatu apa pun. Aku ingin kau bahagia. Batinku tak akan pernah rela jika hidupmu tersia-sia. Sri, oh Sri.
................................................... ** ................................................

Kucoba mengisi waktu luang agar tak lenyap dari ruang kenang. Mana tahu masih diingat oleh kita?! Seorang MAESTRO Keroncong dengan lagu 'Bengawan Solo' yang membuat sungai itu jadi terkenal ke seluruh dunia. Tanpa Gesang, Bengawan Solo hanyalah sebuah sungai biasa. (dalam bukunya).

Gesang kemudian melepaskan jiwanya pada jam 18:10 WIB tanggal 20 Mei 2010, saat kita memperingati "Hari Kebangkitan Nasional."

Terima kasih Pak Gesang. Namanya Indah bermakna Kehidupan.

SELAMAT JALAN MAESTRO, KARYAMU ABADI SEPANJANG MASA

2 komentar:

  1. Ternyata sudah 3 tahun ya berpulang pak Gesang, tidak terasa.

    Maaf baru berkunjung lagi ya, karena sempat kehilangan alamat blognya :D

    BalasHapus
  2. Ia .. mba... saya aja hampir lupa..

    Ndak apa-apa toh mba, terima kasih kembali telah berkunjung dari nusantara.

    BalasHapus