Rabu, 28 November 2012

Bekal ilmu untuk menikah

Aku tahu kamu tidak mencari aku, aku juga tahu, aku juga tidak mencari kau. Kita ini dipertemukan Tuhan. Untaian kata dari seorang Presiden kepada istrinya Heldy. "Heldy cinta terakhir Bung Karno" dalam bukunya.
 
Menikah, sebuah ungkapan dan pertanyaan yang mengiang bila belum di takdirkan menikah, terkadang karena sebuah dorongan, "karena sudah waktunya, "karena sudah terlalu tua". Padahal sebelum menikah diperlukan persiapan-persiapan yang maksimal, landasan yang kuat, mengetahui tujuan pernikahan itu sendiri, jangan sampai  setelah menikah timbul penyesalan.
 
Mengapa harus siap? Pernikahan bukanlah sekedar memenuhi kebutuhan biologis atau formalisasi hubungan keduanya. Sebab suami atau istri kita pasti berbeda jenisnya dengan kita. Orang tuanya berbeda, latar belakangnya berbeda, hobinya berbeda, pola pikirnya berbeda. Bayangkan!! Kita bakal serumah dan sekamar dengan orang yang berbeda seperti itu. Ini sungguh luar biasa.

Kita harus mempersiapkan bekal ilmu semenjak kita berkeinginan untuk menikah. atau, kalaupun kita sudah lama berumah tangga, belumlah terlambat untuk menyadari bahwa ilmu adalah bekal utama yang harus segera digapai. Menjadikan ilmu sebagai bekal utama untuk mengarungi samudra kehidupan yang memang penuh ombak dan badai ini. Ilmu agama adalah utama, tetapi ilmu dunia pun tak kalah pentingnya.
 
Sebuah rumah tangga akan menjadi kukuh, kuat, dan mantap kalau suami istri sama-sama mencintai ilmu. Setiap hari akan selalu bertambah aneka masalah yang muncul di tengah keluarga, kebutuhan, maupun peluang munculnya konflik, kita butuh bekal yang efektif untuk menyikapi dan menyiasatinya, atau setidaknya diminimalisasi.
 
Jangan merasa sayang untuk menambah ilmu dari waktu maupun penghasilan kita, baik untuk membeli buku dan bahan bacaan lainnya, yang di dalamnya bertaburkan ilmu. Untuk menyertai perjalanan pernikahan yang kita titi menjadi indah dan menenteramkan kalbu.

Dalam satu ikatan pernikahan itu adalah berhimpunnya dua hati yang memiliki harapan mulia, yakni membangun rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan rahmah. Juga terhimpunnya dua manusia yang memiliki aneka sisi perbedaan.

Tulisan ini bukan untuk menggurui siapa pun, karena saya juga dalam pembelajaran dan selalu berusaha membekali diri dengan ilmu, hati yang lapang, ikhlas, juga sebagai ladang amal. Mudah-mudahan Allah mengaruniakan kepada kita kesanggupan untuk mengamalkannya dengan tepat.
 

2 komentar:

  1. Sama ya bacaan kita "Heldy cinta terakhir bung Karno". Saya juga terkesan dengan kata-kata bung Karno pada Heldy : "Aku tahu kamu tidak mencari aku, aku juga tahu, aku juga tidak mencari kau. Kita ini dipertemukan Tuhan".
    Thanks ya Nia sharingnya.

    BalasHapus
  2. " Aku terpesona padamu dik, bukan karena rupa, tapi hati, karena hati yang cantik dengan sendirinya membuat rupa itu cantik."

    Kisah2 pahlawan kita memang selalu asyiik dibaca ulang ..dihayati pengorbanan2 nya --- tengkyu pahlawan Indonesia.

    Terima kasih kembali ibu atas kunjungannya dari nusantara. Sosok Bung Karno, kisahnya unik, dan menarik. Pesan dan kesannya.

    BalasHapus